Selasa, 11 November 2008

Menjadi Diri Sendiri

Banyak orang yang mengatakan dan menganjurkan untuk “menjadi diri sendiri”; banyak juga yang mempunyai prinsip untuk menjadi diri sendiri, contohnya seperti posting ini. Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan ‘menjadi diri sendiri’ itu? Apakah saat ini kita belum menjadi diri sendiri? Kalau belum, memangnya siapa kita sekarang ini? :D

Ungkapan-ungkapan yang menganjurkan untuk “menjadi diri sendiri” tampaknya lebih ditujukan agar kita jangan terlalu memaksakan diri untuk sama seperti orang lain. Setiap orang adalah unik, tidak ada dua individu yang sama, karenanya kita tidak perlu berkecil hati apabila kita tidak seberuntung orang lain (misalnya).

Menurut saya, saat ini kita tentunya sudah menjadi diri sendiri. Bisa saja tindakan-tindakan yang kita lakukan terpengaruh dari orang-orang tertentu, namun perilaku kita akan mencerminkan siapa diri kita yang sebenarnya. Sepintar-pintarnya kita menirukan orang lain, atau sedemikian kuatnya pengaruh orang lain terhadap diri kita, tindakan yang kita lakukan adalah murni dari kita sendiri, dengan kata lain – itulah diri kita sendiri.

Postingan ini sebenarnya terinspirasi dari artikel berjudulnya “Jangan Jadi Diri Sendiri”, disini. Disitu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan menjadi diri sendiri adalah menerima keadaan/kondisi kita saat ini. Kita tidak bisa diam, hanya dengan menerima kondisi yang sudah ada saja, tapi kita perlu berubah, dan dalam pengertian di artikel tsb berarti kita jangan menjadi diri sendiri.

Penting bagi kita untuk mempunyai idola, yang akan kita jadikan panutan. Kita akan meniru hal-hal yang telah dilakukan oleh idola kita. Namun jangan samakan “meniru” dengan “mencuri” atau “merampok”. Disini tampaknya perlu kebijaksanaan dalam memilah-milah, hal-hal mana yang baik, yang cocok untuk kita lakukan dalam situasi dan kondisi yang kita hadapi, itulah yang akan ditiru. Tidak semua yang dilakukan oleh idola kita itu baik atau sesuai dengan diri kita. Sementara “mencuri” atau “merampok” adalah benar-benar menjiplak hal-hal yang dilakukan sang idola tanpa mempertimbangkan baik-buruknya.

Satu hal lagi yang saya sukai dari artikel ini ini adalah, bahwa kita sebaiknya juga belajar dari pengalaman orang lain. Dengan belajar dari pengalaman orang lain, setidaknya kita bisa menghemat waktu, kita tidak perlu mengalami hal-hal (buruk) yang sama seperti yang telah dialami oleh orang lain. *baru terasa kan, pentingnya belajar sejarah atau baca buku biografi :P *

Kembali lagi ke pertanyaan di atas, “Haruskah kita menjadi diri sendiri?” - Jika hal itu berarti kita bukan menjadi orang lain, maka jawabannya adalah “Ya, kita harus jadi diri sendiri, karena kita bukan orang lain”. Namun jika hal itu berarti kita tetap menjadi diri kita seperti saat ini, maka jawabannya adalah “Tidak, kita perlu berubah dan tidak hanya jadi diri sendiri seperti saat ini”.

CMIIW :lol:

Tidak ada komentar: